Gaya hidup minimalis kini menjadi tren baru di kalangan anak muda Indonesia. Konsep yang menekankan hidup sederhana, seperlunya, dan bebas dari barang barang berlebihan ini dianggap relevan dengan kehidupan modern yang serba cepat.
Di media sosial, banyak konten kreator membagikan pengalaman mereka menjalani hidup minimalis. Dari kamar tidur yang lebih rapi hingga kebiasaan membeli barang seperlunya, semua terlihat lebih teratur. Saya merasa lebih tenang sejak tidak menumpuk barang, kata Sinta, mahasiswi asal Bandung.
Fenomena ini muncul sebagai respon atas gaya hidup konsumtif yang semakin marak. Anak muda mulai sadar bahwa kebahagiaan tidak selalu diukur dari banyaknya barang yang dimiliki, melainkan dari kualitas hidup yang lebih seimbang.
Tidak hanya soal barang, minimalisme juga merambah pola makan dan aktivitas sehari-hari. Banyak orang memilih menu sederhana namun sehat, serta mengurangi kegiatan yang dianggap membuang waktu. Hal ini membuat hidup terasa lebih fokus.
Beberapa komunitas minimalis bahkan terbentuk di kota besar. Mereka saling berbagi tips, seperti cara memilah pakaian, mengatur keuangan, hingga merancang ruangan yang lebih fungsional. Kegiatan ini menjadi wadah untuk saling mendukung.
Pakar psikologi menilai gaya hidup minimalis berdampak positif pada kesehatan mental. Ruang yang lebih rapi dan jadwal yang lebih teratur dapat mengurangi stres. Kesederhanaan membuat orang lebih mudah bersyukur, ujar seorang psikolog dari Universitas Indonesia.
Meski begitu, tidak semua orang bisa langsung menerapkannya. Tantangan terbesar adalah kebiasaan konsumsi yang sulit diubah. Butuh disiplin dan kesadaran diri untuk benar benar menjalani hidup sederhana.
Tren minimalis menunjukkan bahwa gaya hidup tidak hanya soal penampilan, tetapi juga tentang nilai yang dipegang. Bagi generasi muda, kesederhanaan kini justru menjadi simbol kebebasan, kemandirian, dan cara baru untuk menemukan kebahagiaan.

