sekilas.co – Fashion dan budaya populer (pop culture) memiliki hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Dalam konteks ini, fashion bukan sekadar pakaian, tetapi simbol gaya hidup, identitas, dan ekspresi dari nilai-nilai yang sedang populer di masyarakat. Pop culture sendiri mencakup segala hal yang diminati secara luas oleh masyarakat, seperti musik, film, selebritas, hingga media sosial. Ketika suatu tren fashion dikenakan oleh tokoh publik atau muncul di media massa, gaya tersebut dengan cepat menyebar dan menjadi bagian dari budaya populer. Fenomena ini menunjukkan bahwa fashion adalah medium komunikasi visual yang kuat untuk menyampaikan pesan, sikap, dan citra diri seseorang di tengah masyarakat modern.
Selebritas memiliki peran besar dalam membentuk arah tren fashion global. Gaya berpakaian mereka di karpet merah, konser, film, atau bahkan kehidupan sehari-hari sering menjadi inspirasi bagi jutaan penggemar di seluruh dunia. Contohnya, gaya elegan Audrey Hepburn di era 1960-an masih menjadi acuan fashion klasik hingga kini, sementara penampilan eksperimental Lady Gaga membuktikan bahwa fashion bisa menjadi bentuk seni dan ekspresi unik. Di era modern, selebritas seperti Rihanna, Zendaya, atau Lisa BLACKPINK dikenal tidak hanya sebagai artis, tetapi juga ikon mode yang memengaruhi tren global. Kolaborasi mereka dengan merek-merek ternama, seperti Dior, Chanel, dan Balenciaga, memperkuat posisi fashion sebagai bagian penting dari citra selebritas dalam dunia pop culture.
Sebelum hadirnya media digital, majalah fashion seperti Vogue, Harper’s Bazaar, dan Elle menjadi sumber utama tren gaya berpakaian. Media massa berperan besar dalam memperkenalkan desainer, koleksi terbaru, serta gaya busana dari berbagai belahan dunia. Foto-foto runway dan editorial fashion yang glamor membantu membentuk persepsi publik tentang standar kecantikan dan gaya ideal. Bahkan, iklan fashion yang muncul di televisi dan film sering kali menjadi pendorong utama munculnya tren baru. Media berfungsi sebagai “jembatan” antara industri fashion dan masyarakat luas, mengubah sesuatu yang eksklusif menjadi fenomena yang dapat diakses oleh semua kalangan. Kini, peran tersebut berkembang pesat berkat kemajuan teknologi dan kehadiran media digital yang lebih interaktif dan dinamis.
Kehadiran media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube telah merevolusi dunia fashion secara drastis. Tren kini tidak hanya ditentukan oleh desainer ternama, tetapi juga oleh influencer yang memiliki jutaan pengikut. Mereka menjadi wajah baru fashion karena mampu menginspirasi masyarakat melalui konten yang autentik dan relatable. Influencer fashion seperti Chiara Ferragni, Jennie BLACKPINK, dan Niana Guerrero mampu menciptakan tren hanya dengan satu unggahan foto atau video. Kolaborasi antara merek dan influencer pun menjadi strategi marketing yang sangat efektif, karena menciptakan kedekatan emosional dengan audiens. Media sosial mengubah fashion dari sesuatu yang bersifat eksklusif menjadi inklusif siapa pun kini bisa menjadi bagian dari budaya fashion global.
Dunia musik dan film juga memainkan peran penting dalam membentuk tren fashion dalam budaya populer. Setiap era musik menghadirkan gaya yang khas seperti gaya punk yang lahir dari musik rock, atau streetwear yang populer lewat hip-hop. Para musisi seperti Madonna, David Bowie, dan BTS menunjukkan bahwa fashion adalah bagian integral dari identitas artistik mereka. Begitu pula di dunia film, karakter ikonik seperti James Bond atau Carrie Bradshaw dalam Sex and the City memengaruhi gaya berpakaian masyarakat selama bertahun-tahun. Sinergi antara fashion dan hiburan menjadikan keduanya saling memperkuat fashion memperindah visual budaya populer, sementara pop culture memberi panggung global bagi inovasi dalam dunia mode.
Dalam konteks media modern, fashion tidak lagi sekadar tentang pakaian, tetapi juga membentuk persepsi masyarakat terhadap kecantikan, status sosial, dan gaya hidup. Filter, editing, dan estetika media sosial sering kali menampilkan citra sempurna yang dapat memengaruhi cara orang menilai diri mereka sendiri. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri, terutama bagi generasi muda yang mudah terpengaruh oleh tren visual. Namun, di sisi lain, muncul pula gerakan yang menekankan keaslian dan keberagaman, seperti kampanye body positivity dan sustainable fashion. Media digital, dengan segala kekuatannya, menjadi alat yang dapat memperluas definisi fashion agar lebih inklusif, realistis, dan ramah lingkungan.
Fashion dalam budaya populer tidak hanya soal penampilan, tetapi juga menjadi simbol kekuatan dan pemberdayaan. Banyak tokoh publik menggunakan fashion sebagai alat untuk menyuarakan pesan sosial dan politik. Misalnya, busana berwarna hitam yang dikenakan di ajang Golden Globes 2018 menjadi simbol solidaritas terhadap gerakan MeToo. Begitu pula dengan tren penggunaan pakaian berbahan daur ulang yang mencerminkan kesadaran terhadap isu lingkungan. Dalam konteks ini, fashion bukan sekadar gaya, melainkan pernyataan sikap terhadap dunia. Pop culture menjadikan fashion sebagai sarana komunikasi yang mampu menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk mendukung nilai-nilai yang positif dan progresif.
Melihat perkembangan teknologi dan digitalisasi, masa depan fashion dalam dunia media dan pop culture akan semakin inovatif dan interaktif. Konsep virtual fashion show, digital clothing, dan metaverse fashion mulai menjadi tren baru di industri mode. Desainer kini tidak hanya menciptakan pakaian fisik, tetapi juga desain virtual yang bisa dipakai dalam dunia digital. Selain itu, media sosial akan terus menjadi ruang utama dalam membentuk tren, dengan algoritma yang menyesuaikan preferensi pengguna secara personal. Di tengah perubahan ini, satu hal yang pasti: fashion akan selalu menjadi bahasa universal yang menghubungkan manusia, budaya, dan teknologi. Ia akan terus berevolusi mengikuti dinamika pop culture, menciptakan tren baru yang mencerminkan semangat zaman.





