sekilas.co – Microtrend merupakan fenomena yang belakangan ini banyak muncul di media sosial, khususnya dalam dunia fashion. Lewat platform seperti TikTok dan Instagram, tren fashion kini menyebar dengan cepat. Akibatnya, banyak orang terdorong untuk mengikuti setiap tren terbaru, meski perputarannya sangat singkat.
Tren-tren yang terus berubah dan umumnya tidak bertahan lama ini dikenal sebagai microtrend. Contohnya termasuk Stanley Cups, Labubu, leopard print, hingga pita-pita coquette. Microtrend biasanya muncul cepat dan hilang tak lama setelah itu, membuat pengikutnya terus mengejar tren baru.
Orang yang mengikuti microtrend sering kali tidak mempertimbangkan minat pribadi atau kebutuhan nyata, melainkan sekadar ingin relevan dalam lingkungan sosial mereka. Akibatnya, pola ini menciptakan siklus konsumsi yang tidak berkesudahan, di mana barang-barang tren dibeli tetapi cepat tidak terpakai lagi.
Dari sisi konsumsi, efek jangka pendek dari microtrend dapat menimbulkan overconsumption. Banyak orang membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, dan setelah tren berlalu, barang-barang itu hanya menumpuk tanpa digunakan. Hal ini berpotensi merugikan finansial dan lingkungan.
Bahaya mengikuti microtrend pun cukup signifikan. Pertama, masalah finansial bisa muncul karena membeli barang yang cepat usang. Kedua, pola konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan ketidakpuasan diri dan rasa tekanan sosial. Ketiga, dampak pada kesehatan mental tidak bisa diabaikan. Perbandingan diri dengan orang lain di media sosial sering memicu kecemasan dan rendah diri.
Untuk menjauh dari microtrend, kesadaran diri adalah kunci utama. Individu perlu mengenali minat dan gaya pribadi agar bisa membuat keputusan yang lebih berkelanjutan dalam fashion. Menjaga nilai-nilai pribadi juga penting agar tidak tertekan mengikuti tren yang tidak sesuai jati diri.
Selain itu, berpikir kritis terhadap tren yang muncul sangat dianjurkan. Pertanyaan sederhana seperti Apakah tren ini benar-benar penting bagi saya dapat membantu seseorang menilai apakah microtrend memiliki nilai atau hanya sekadar respons terhadap tekanan sosial.
Alternatif menghadapi microtrend termasuk memilih barang dan tren yang timeless, ramah lingkungan, dan tahan lama. Mengembangkan kreativitas pribadi dalam berpakaian juga membantu individu mengekspresikan diri tanpa harus selalu mengikuti tren. Dengan cara ini, seseorang bisa lebih percaya diri, menjaga identitas, dan tetap stylish tanpa terjebak siklus microtrend yang cepat hilang.





