Membangun Lingkungan Inklusif untuk Mendukung Kesejahteraan Psikologis dan Hidup Difabel

foto/istimewa

sekilas.coPsikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Teresa Indira Andani M.Psi., menekankan bahwa lingkungan inklusif menjadi faktor penting yang memengaruhi kesejahteraan psikologis difabel.

Menurut Teresa, kesejahteraan psikologis difabel dapat didorong ketika lingkungan sekitar mampu bersikap tidak diskriminatif dan memberikan rasa aman. Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat sekitar menjadi faktor yang sangat kuat dalam hal ini.

Baca juga:

Lingkungan yang inklusif, aman, dan tidak diskriminatif sangat membantu menjaga kesehatan mental difabel. Sebaliknya, stigma, perlakuan merendahkan, serta keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan dapat menjadi sumber tekanan psikologis mereka, ujar Teresa kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Teresa menambahkan bahwa seperti individu pada umumnya, seseorang dengan difabel juga memiliki kebutuhan untuk merasa aman, dihargai, dan bermakna dalam hidup.

Istilah difabel (different ability) mengacu pada individu dengan kemampuan yang berbeda, yang berarti kondisi berbeda bukanlah kekurangan sebagai pribadi.

Kesejahteraan psikologis difabel juga dipengaruhi oleh faktor internal, seperti penerimaan diri, kemampuan mengelola emosi, serta rasa memiliki tujuan hidup.

Dalam psikologi, seseorang dikatakan sejahtera secara mental bukan karena hidupnya bebas dari stres, tetapi karena ia mampu menghadapi dan mengelola stres sehari-hari, merasa hidupnya bermakna, dapat berkembang, serta memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain, tutur Teresa.

Lingkungan yang ramah difabel dari sisi fasilitas, kebijakan, hingga sikap sosial sangat berperan dalam menumbuhkan penerimaan yang nyata. Kesadaran dan penerimaan masyarakat dapat ditumbuhkan melalui edukasi berkelanjutan dan interaksi positif, sehingga membantu mengubah cara pandang terhadap difabel sebagai individu yang setara dan berdaya.

Penting juga untuk memperkuat kehadiran difabel di ruang publik seperti di media, tempat kerja, sekolah, dan kegiatan sosial, dengan representasi yang adil dan bermartabat. Ketika masyarakat terbiasa melihat difabel aktif, produktif, dan berkontribusi, stigma akan perlahan berkurang, kata Teresa.

Selain itu, kepercayaan diri difabel meningkat ketika mereka berada di lingkungan yang memberdayakan dan memperlakukan mereka sebagai individu setara. Pendampingan psikologis juga dapat membantu, terutama bagi mereka yang pernah mengalami penolakan, perundungan, atau pengalaman traumatis, sehingga dapat membangun kembali harga diri yang sehat.

Pendampingan psikologis sangat penting untuk membantu difabel mengembangkan kesejahteraan mental dan percaya diri setelah mengalami pengalaman negatif,” tutup Teresa.

Artikel Terkait