Lontong Balap Surabaya Ikon Kuliner Kota Pahlawan yang Menggugah Selera

foto/istimewa

Sekilas.co – Lontong Balap, salah satu kuliner khas Surabaya, terus memikat lidah wisatawan lokal maupun mancanegara. Hidangan ini dikenal karena kombinasi rasa gurih, pedas, dan segarnya kuah kaldu yang berpadu dengan lontong, tauge, lentho, dan sambal petis. Lontong Balap bukan hanya makanan, tetapi juga simbol budaya kuliner Kota Pahlawan.

Sejarah Lontong Balap cukup unik. Hidangan ini lahir dari kreatifitas pedagang kaki lima pada awal abad ke-20. Nama  balap sendiri konon merujuk pada cepatnya proses penjualannya, karena banyak pedagang berlomba-lomba menyajikan lontong dan lauknya kepada pelanggan yang datang. Kini, Lontong Balap telah menjadi kuliner wajib bagi setiap pengunjung Surabaya.

Baca juga:

Keunikan Lontong Balap terletak pada komposisi bahan yang sederhana namun berpadu harmonis. Lontong lembut dipotong-potong, tauge segar yang masih renyah, lentho goreng berbahan kacang dan tepung, serta kuah kaldu yang gurih dan hangat. Tidak ketinggalan sambal petis yang khas memberikan rasa pedas dan aroma fermentasi ikan yang menggugah selera.

Pedagang Lontong Balap banyak ditemui di kawasan legendaris Surabaya, seperti di Taman Bungkul, Jalan Kembang Jepun, dan kawasan Gresik. Beberapa warung bahkan telah eksis selama puluhan tahun dan menjadi destinasi kuliner legendaris bagi warga lokal maupun wisatawan. Keaslian rasa inilah yang membuat Lontong Balap tetap dicintai hingga saat ini.

Selain cita rasa, harga Lontong Balap relatif terjangkau, membuat hidangan ini populer di berbagai kalangan. Sebagai kuliner kaki lima, satu porsi Lontong Balap biasanya dibanderol antara Rp15.000 Rp25.000. Hal ini menjadikannya pilihan favorit bagi pelajar, pekerja, hingga wisatawan yang ingin merasakan kuliner Surabaya asli tanpa menguras kantong.

Lontong Balap juga sering muncul dalam festival kuliner dan media sosial. Tagar  LontongBalapSurabaya kerap menjadi tren di Instagram dan TikTok, di mana para pecinta kuliner membagikan pengalaman menikmati lontong dengan kuah panas dan sambal petis yang khas. Fenomena ini menunjukkan bahwa kuliner tradisional tetap relevan di era digital.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Surabaya, mencicipi Lontong Balap bukan sekadar makan, tetapi juga merasakan sejarah dan budaya kota. Setiap suapan membawa rasa otentik dari Surabaya, sekaligus pengalaman sosial, karena pedagang dan pembeli biasanya bercengkerama hangat di warung. Kuliner ini pun menjadi bukti bahwa makanan tradisional dapat menyatukan masyarakat.

Pada akhirnya, Lontong Balap Surabaya bukan hanya soal rasa, tetapi juga simbol identitas dan warisan kuliner Kota Pahlawan. Hidangan sederhana ini mampu menghadirkan kehangatan, kenikmatan, dan pengalaman budaya yang tidak terlupakan. Lontong Balap membuktikan bahwa kuliner tradisional tetap bisa bersinar di tengah modernisasi dan menjadi daya tarik wisata kuliner Nusantara.

Artikel Terkait