sekilas.co – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kembali mengingatkan orang tua agar waspada terhadap risiko penularan penyakit pada anak–anak, terutama selama liburan akhir tahun. Perjalanan ke luar negeri atau liburan bersama keluarga berpotensi meningkatkan paparan terhadap berbagai penyakit, sehingga perlunya perhatian ekstra sebelum melakukan perjalanan.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi IDAI, Dr. dr. Martira Maddeppungeng, Sp.A, Subsp.T.K.P.S(K) menekankan pentingnya orang tua dan pelaku perjalanan memahami situasi epidemiologi negara tujuan. Hal ini penting tidak hanya untuk melindungi anak selama liburan, tetapi juga mencegah penyebaran penyakit ke negara lain saat pulang.
“Kita harus benar-benar mengetahui epidemiologi negara tujuan. Tanggung jawab kita adalah mencegah penyebaran penyakit, baik ke negara yang dikunjungi maupun saat kembali pulang,” ujar dr. Martira dalam acara daring dari Jakarta pada Selasa.
Setiap negara memiliki pola penyebaran penyakit yang berbeda dan memberlakukan persyaratan vaksinasi khusus bagi pendatang untuk meminimalkan risiko penularan. Kondisi lingkungan seperti iklim, musim, suhu, kelembapan, serta akses ke fasilitas kesehatan memengaruhi kemungkinan terpapar penyakit.
Selain itu, risiko kesehatan selama perjalanan juga dipengaruhi oleh polusi udara, akses ke layanan kesehatan dan produk perawatan, paparan penyakit menular, keamanan makanan dan air, standar sanitasi, dan kebiasaan atau adat istiadat setempat. Semua faktor ini berperan penting dalam menentukan risiko anak tertular penyakit saat berlibur.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar pelaku perjalanan memperhatikan risiko penularan penyakit menular seperti virus dengue, zika, chikungunya, malaria, dan demam kuning.
Menurut dr. Martira, penyakit seperti influenza, campak, hepatitis, kolera, dan tifoid juga menjadi perhatian saat bepergian ke luar negeri. Ia menekankan pentingnya vaksinasi lengkap, karena peningkatan kasus campak global selama dua tahun terakhir menunjukkan betapa mudahnya penyakit menular menyebar antarnegara.
Bayangkan jika satu orang tidak taat vaksinasi, itu bisa menjadi sumber wabah di negara lain. Disiplin dan kepatuhan terhadap jadwal imunisasi sebelum perjalanan sangat penting, jelasnya.
Remaja yang akan bepergian juga harus memastikan status imunisasinya lengkap. Banyak administrasi perjalanan, termasuk pengurusan visa, mewajibkan bukti vaksinasi untuk mencegah penyebaran penyakit.
Dr. Martira menyarankan orang tua memeriksa status imunisasi anak dan berkonsultasi dengan dokter mengenai vaksin yang diperlukan sebelum bepergian ke luar negeri. Selain itu, penting juga untuk memeriksa syarat vaksinasi yang diberlakukan oleh negara tujuan agar tidak terjadi kendala saat perjalanan.
Persiapan vaksinasi tidak bisa dilakukan mendadak. Tubuh membutuhkan waktu untuk membentuk antibodi setelah vaksinasi. Idealnya, vaksin diberikan empat hingga enam minggu sebelum keberangkatan agar anak terlindungi dengan optimal, tambah dr. Martira.
Selain vaksinasi, orang tua dapat mengambil langkah pencegahan tambahan seperti
Memastikan anak mengonsumsi makanan dan minuman yang aman.
Membiasakan anak mencuci tangan secara rutin.
Menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit selama perjalanan.
Memperhatikan kebersihan lingkungan dan standar sanitasi di tempat tujuan.
Liburan akhir tahun seharusnya menjadi waktu yang menyenangkan bagi keluarga. Namun, tanpa persiapan yang tepat, anak–anak bisa lebih rentan terhadap penyakit menular. Dengan memahami epidemiologi negara tujuan, mematuhi persyaratan vaksinasi, dan menerapkan langkah-langkah pencegahan kesehatan, risiko penularan penyakit dapat diminimalkan.
Persiapan matang ini tidak hanya melindungi anak selama liburan, tetapi juga mencegah penyebaran penyakit ke orang lain, menjadikan perjalanan aman, nyaman, dan menyenangkan bagi seluruh keluarga.





