Gaya Hidup Sombong Dampak Negatif pada Hubungan Sosial dan Kesehatan Mental

foto/istimewa

Sekilas.co – Fenomena gaya hidup sombong semakin terlihat di tengah masyarakat modern, terutama dengan hadirnya media sosial. Sikap pamer harta, prestasi, atau status sosial kerap ditampilkan demi mendapatkan pengakuan. Namun, para pakar mengingatkan bahwa gaya hidup seperti ini dapat berdampak negatif, baik bagi hubungan sosial maupun kesehatan mental.

Menurut pengamat sosial, gaya hidup sombong biasanya lahir dari kebutuhan akan validasi eksternal. Individu merasa lebih dihargai ketika menunjukkan pencapaian atau kekayaannya. Sayangnya, sikap ini justru bisa menciptakan jarak dengan orang lain dan menimbulkan kesan arogan.

Baca juga:

Di lingkungan pergaulan, orang dengan gaya hidup sombong seringkali sulit membangun hubungan yang sehat. Teman atau rekan kerja bisa merasa minder, terintimidasi, atau bahkan enggan berinteraksi. Hal ini berpotensi membuat seseorang terisolasi secara sosial, meskipun terlihat memiliki segalanya.

Dari sisi psikologis, gaya hidup sombong dapat menimbulkan masalah tersendiri. Para ahli menilai, perilaku pamer dan ingin selalu terlihat lebih unggul seringkali merupakan tanda rendahnya kepercayaan diri. Ketergantungan pada pengakuan orang lain dapat menyebabkan kecemasan dan stres ketika validasi itu tidak didapatkan.

Media sosial turut memperkuat tren ini. Unggahan yang menampilkan kemewahan, liburan eksklusif, atau pencapaian besar sering memicu perbandingan sosial. Bagi sebagian orang, hal ini bisa menjadi motivasi, tetapi bagi banyak lainnya justru menciptakan tekanan dan rasa tidak cukup baik.

Pakar kesehatan mental menekankan pentingnya membedakan antara kebanggaan sehat dengan kesombongan. Merayakan pencapaian adalah hal wajar, tetapi ketika kebiasaan itu berubah menjadi ajang pamer berlebihan, risiko gangguan psikologis bisa meningkat.

Selain itu, gaya hidup sombong juga dapat menimbulkan stigma di masyarakat. Orang yang dikenal arogan berisiko kehilangan kepercayaan dari rekan kerja maupun lingkar sosialnya. Reputasi yang buruk pada akhirnya bisa merugikan, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi.

Membangun sikap rendah hati dinilai sebagai solusi terbaik. Dengan menyeimbangkan rasa percaya diri dan empati, seseorang bisa tetap merayakan pencapaiannya tanpa harus merendahkan orang lain. Hidup sederhana dan menghargai orang lain diyakini lebih membawa kebahagiaan jangka panjang dibanding gaya hidup sombong yang penuh kepalsuan.

Artikel Terkait