Gaya Hidup Paspasan Menyiasati Keterbatasan dengan Kreativitas dan Kesederhanaan

foto/unsplash.com/Mahdi Asadi

Sekilas.co – Dalam kondisi ekonomi yang tidak selalu stabil, banyak masyarakat Indonesia memilih menjalani gaya hidup paspasan. Bukan sekadar karena keterpaksaan, melainkan juga sebagai bentuk kesadaran untuk menyesuaikan pengeluaran dengan kemampuan. Fenomena ini kian terlihat di kota besar maupun daerah, ketika kebutuhan pokok semakin meningkat, sementara pendapatan tidak selalu sebanding.

Gaya hidup paspasan bukan berarti hidup serba kekurangan, melainkan tentang kemampuan mengatur prioritas. Banyak keluarga kini mengutamakan kebutuhan esensial, seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan, dibandingkan dengan gaya hidup konsumtif. Hal ini menjadi strategi cerdas untuk tetap bertahan di tengah tekanan ekonomi yang kian kompleks.

Baca juga:

Para ahli menilai bahwa gaya hidup paspasan bisa menjadi bagian dari literasi finansial. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, masyarakat belajar untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Misalnya, alih-alih sering makan di restoran, banyak orang beralih memasak di rumah demi menghemat biaya.

Di media sosial, tren gaya hidup sederhana atau “low budget living” mulai populer. Banyak konten kreator membagikan tips hemat, mulai dari belanja bulanan dengan diskon, memanfaatkan transportasi umum, hingga memilih hiburan gratis seperti berkunjung ke taman kota. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan tidak selalu identik dengan kesengsaraan, melainkan bisa melahirkan kreativitas.

Namun, di sisi lain, ada tantangan psikologis yang perlu dihadapi. Sebagian orang merasa minder atau tidak percaya diri karena tidak bisa mengikuti tren konsumtif yang ditampilkan di media sosial. Inilah mengapa penting untuk membangun pola pikir positif, bahwa gaya hidup paspasan bukanlah kelemahan, melainkan pilihan bijak sesuai kondisi.

Pemerintah dan lembaga sosial pun turut mendorong masyarakat untuk mengutamakan hidup sederhana. Program literasi keuangan, pelatihan usaha kecil, hingga gerakan menabung diharapkan dapat membantu keluarga dengan penghasilan terbatas untuk tetap sejahtera. Kesadaran kolektif ini diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang lebih mandiri dan tahan terhadap guncangan ekonomi.

Selain itu, gaya hidup paspasan seringkali mendorong tumbuhnya solidaritas sosial. Banyak komunitas saling berbagi tips hemat, bahkan melakukan kegiatan gotong royong untuk meringankan beban bersama. Dari sini terlihat bahwa kesederhanaan justru bisa memperkuat ikatan sosial.

Pada akhirnya, gaya hidup paspasan adalah tentang seni menyeimbangkan keterbatasan dengan kebahagiaan. Selama mampu mengatur keuangan, menjaga kesehatan mental, dan membangun solidaritas, hidup sederhana dapat menjadi jalan menuju ketenangan. Bagi sebagian orang, kesederhanaan justru menghadirkan kualitas hidup yang lebih berarti.

Artikel Terkait