Gaya Hidup Modern yang Mengikis Sopan Santun di Masyarakat

foto/unsplash.com/Sonia Nadales

Sekilas.co – Perubahan gaya hidup modern kian memengaruhi interaksi sosial masyarakat. Fenomena kurangnya sopan santun dalam kehidupan sehari-hari mulai menjadi perhatian banyak pihak, terutama di perkotaan besar. Kecepatan hidup dan tuntutan teknologi dianggap sebagai penyebab utama perilaku individualistis yang menurunkan etika sosial.

Dalam berbagai aktivitas publik, seperti transportasi umum hingga pusat perbelanjaan, sikap acuh tak acuh dan kurangnya etika dasar semakin sering ditemui. Banyak masyarakat yang mengabaikan antrean, tidak menghormati orang tua, hingga perilaku kasar di media sosial. Hal ini mencerminkan perubahan nilai sopan santun yang dulu menjadi bagian penting dari budaya.

Baca juga:

Ahli psikologi sosial menilai bahwa faktor lingkungan turut berperan dalam menurunnya etika masyarakat. Lingkungan yang kompetitif, tekanan pekerjaan, dan paparan media digital yang cepat membuat individu lebih fokus pada kepentingan pribadi. Akibatnya, norma sopan santun yang mengedepankan empati dan rasa hormat mulai terkikis.

Data dari survei terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 60% responden merasa perilaku kurang sopan semakin sering terlihat di ruang publik. Mayoritas mengeluhkan perilaku seperti membuang sampah sembarangan, berbicara kasar di tempat umum, hingga tidak menghargai ruang orang lain. Kondisi ini menjadi peringatan bagi semua lapisan masyarakat.

Tokoh masyarakat menekankan pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini. Sekolah dan keluarga diharapkan menjadi garda terdepan dalam menanamkan nilai sopan santun. Dengan pemahaman etika yang kuat sejak kecil, masyarakat di masa depan diharapkan mampu menjaga interaksi sosial yang sehat.

Selain pendidikan, peran media juga sangat krusial. Konten-konten digital yang menonjolkan perilaku negatif tanpa konsekuensi dapat memperkuat sikap acuh tak acuh. Oleh karena itu, masyarakat diimbau lebih selektif dalam mengonsumsi informasi dan mencontoh perilaku positif yang ditampilkan di media.

Sejumlah komunitas sosial mulai menginisiasi gerakan untuk mengembalikan sopan santun di masyarakat. Kampanye seperti “Etika Bersama di Ruang Publik” dan pelatihan kesadaran sosial bagi generasi muda digelar untuk menumbuhkan kembali rasa hormat dan empati. Upaya ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup tetap bisa dikendalikan melalui tindakan kolektif.

Ahirnya, gaya hidup modern tidak harus mengorbankan sopan santun. Dengan kesadaran individu dan kolaborasi masyarakat, nilai-nilai etika dasar tetap bisa dipertahankan. Memulihkan sopan santun bukan sekadar nostalgia, tetapi langkah strategis untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, beradab, dan saling menghargai.

Artikel Terkait