Gaya Hidup Hedonis Antara Tren Modern dan Ancaman Keseimbangan Mental

foto/istimewa

Sekilas.co – Fenomena gaya hidup hedonis semakin marak ditemui di tengah masyarakat modern, terutama di kalangan generasi muda perkotaan. Gaya hidup ini ditandai dengan pola konsumsi yang berfokus pada pencarian kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan pribadi, baik dalam bentuk materi maupun pengalaman mewah.

Kehadiran media sosial memperkuat tren hedonisme dengan menampilkan gaya hidup serba glamor, seperti liburan ke luar negeri, makan di restoran mahal, hingga belanja barang-barang branded. Banyak individu terdorong untuk tampil  sempurna demi eksistensi digital, meskipun sering kali tidak sejalan dengan kemampuan finansial mereka.

Baca juga:

Menurut para ahli sosiologi, gaya hidup hedonis sebenarnya bukan hal baru. Namun, dalam konteks saat ini, hedonisme berubah menjadi kebutuhan akan validasi sosial. Ketergantungan terhadap kesenangan sesaat ini dapat memicu tekanan mental, stres, bahkan gangguan keuangan jika tidak dikendalikan dengan bijak.

Dampak lain dari gaya hidup hedonis adalah berkurangnya rasa empati sosial. Ketika seseorang terlalu fokus pada diri sendiri dan kesenangan pribadi, mereka cenderung mengabaikan nilai kebersamaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Meski demikian, tidak semua bentuk hedonisme bersifat negatif. Hedonisme yang seimbang, atau dikenal sebagai rational hedonism, justru bisa menjadi cara untuk menghargai hidup  selama tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain. Contohnya seperti memberi reward pada diri sendiri setelah bekerja keras, atau berlibur untuk kesehatan mental.

Pengaruh ekonomi juga turut membentuk gaya hidup hedonis. Meningkatnya daya beli masyarakat, kemudahan akses kredit, serta budaya konsumtif yang ditanamkan lewat iklan dan influencer, membuat banyak orang terjebak dalam siklus belanja impulsif dan gaya hidup yang tidak berkelanjutan.

Pakar psikologi mengingatkan pentingnya kesadaran diri dalam mengelola gaya hidup. Memiliki kontrol terhadap keinginan dan menetapkan prioritas keuangan dapat mencegah risiko utang, kecemasan, dan rasa hampa akibat mengejar kesenangan tanpa makna.

Masyarakat diimbau untuk menjalani hidup yang lebih seimbang antara kebutuhan emosional dan tanggung jawab pribadi. Gaya hidup hedonis tidak harus dihindari sepenuhnya, tetapi perlu dihadapi dengan kesadaran, nilai-nilai bijak, dan perencanaan yang matang agar tidak menjadi bumerang dalam kehidupan jangka panjang.

Artikel Terkait