Sekilas.co – Fashion kini tidak lagi sekadar tren atau urusan penampilan. Bagi banyak orang, terutama perempuan dan generasi muda, fashion telah berkembang menjadi alat pemberdayaan cara untuk mengekspresikan diri, menunjukkan identitas, dan membangun rasa percaya diri. Di era modern ini, pakaian bukan hanya penutup tubuh, melainkan bentuk komunikasi visual yang kuat.
Menurut pengamat gaya hidup dan penulis buku Berpakaian dan Berdaya , Riana Kusuma, fashion memberi ruang bagi seseorang untuk menunjukkan jati diri. Ketika seseorang memilih baju yang sesuai dengan karakternya, itu bisa memperkuat rasa dirinya. Fashion bukan soal mahal atau merek, tapi bagaimana itu merepresentasikan siapa kita, ujarnya saat ditemui dalam sebuah forum perempuan muda di Jakarta.
Banyak perempuan menyatakan bahwa mengenakan pakaian yang mereka sukai membuat mereka merasa lebih berani dan dihargai. Misalnya, busana profesional saat bekerja bisa meningkatkan rasa percaya diri dalam lingkungan kantor. Sementara itu, mengenakan gaya kasual saat akhir pekan memberi rasa nyaman sekaligus tetap stylish.
Fashion juga menjadi alat perjuangan di berbagai gerakan sosial. Gerakan feminisme, misalnya, sering menggunakan fashion sebagai simbol pemberdayaan dengan pesan-pesan pada kaus, gaya berpakaian yang menantang norma, hingga peragaan busana yang mendobrak batas tradisional. Ini menunjukkan bahwa pilihan berbusana bisa menjadi bentuk perlawanan sekaligus pengakuan terhadap hak untuk berekspresi.
Di sisi lain, munculnya gerakan modest fashion juga menunjukkan bahwa fashion bisa menjadi alat pemberdayaan bagi perempuan yang ingin tampil tertutup namun tetap bergaya. Mereka tidak lagi terjebak antara pilihan modis atau religius , karena kini banyak brand yang mengakomodasi keduanya.
Media sosial turut memperluas peran fashion dalam pemberdayaan. Banyak konten kreator, influencer, hingga figur publik yang memanfaatkan fashion untuk menginspirasi pengikutnya baik melalui kampanye body positivity, keberagaman gaya, hingga edukasi fashion berkelanjutan.
Bahkan di ranah profesional, fashion membuka peluang ekonomi bagi perempuan mulai dari desainer, pemilik brand lokal, penjahit rumahan, hingga pelaku usaha fashion berbasis komunitas. Fashion menjadi sarana perempuan untuk mandiri secara finansial dan kreatif.
Dengan segala bentuk ekspresi dan dampaknya, fashion membuktikan diri sebagai alat pemberdayaan yang nyata. Bukan hanya membuat seseorang terlihat menarik, tapi juga merasa kuat, diterima, dan bebas menjadi diri sendiri. Di tengah masyarakat yang semakin inklusif, fashion menjadi jembatan antara gaya dan nilai.





