Fashion dan Tren Sosial Gaya Berpakaian sebagai Cermin Perubahan Zaman

foto/istimewa

sekilas.coFashion bukan hanya tentang apa yang kita kenakan, tetapi juga tentang siapa kita dan bagaimana kita melihat dunia. Sejak dahulu, gaya berpakaian telah menjadi bentuk komunikasi sosial yang kuat  mencerminkan identitas, status, nilai budaya, hingga ideologi. Dalam konteks modern, fashion tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga menciptakan tren sosial baru yang memengaruhi pola pikir masyarakat. Dunia mode kini menjadi ruang ekspresi bebas di mana setiap individu dapat menampilkan keunikan diri sekaligus merespons isu sosial yang sedang berkembang.

Setiap era memiliki ciri khas fashion-nya sendiri yang mencerminkan kondisi sosial dan budaya pada masa itu. Misalnya, pada tahun 1920-an, gaya flapper di Barat melambangkan kebebasan perempuan setelah Perang Dunia I. Sementara itu, dekade 1960-an ditandai dengan munculnya mode hippie sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem konservatif. Di Indonesia sendiri, perubahan mode juga dipengaruhi oleh akulturasi budaya  mulai dari kebaya tradisional, busana batik modern, hingga gaya urban yang terinspirasi dari budaya Korea dan Barat. Semua ini menunjukkan bahwa fashion selalu berkembang seiring perubahan zaman dan nilai sosial yang berlaku.

Baca juga:

Dalam dunia sosial modern, fashion berperan penting dalam membentuk identitas individu dan kelompok. Gaya berpakaian dapat menunjukkan afiliasi sosial, minat, atau bahkan ideologi tertentu. Misalnya, gaya streetwear identik dengan budaya anak muda dan musik hip-hop, sedangkan modest fashion merepresentasikan gaya berpakaian sopan dan bernilai spiritual. Di era digital, fashion juga menjadi sarana membangun komunitas  baik secara online maupun offline. Para pecinta gaya tertentu, seperti vintage, minimalist, atau techwear, berkumpul untuk berbagi inspirasi dan memperkuat identitas mereka dalam dunia sosial yang semakin luas.

Kehadiran media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest telah mengubah cara tren fashion terbentuk dan menyebar. Dahulu, tren ditentukan oleh desainer besar dan majalah mode; kini, siapa pun bisa menjadi trendsetter. Influencer, selebriti, hingga pengguna biasa dapat menginspirasi jutaan orang hanya dengan satu unggahan foto atau video. Fenomena fast fashion juga semakin meningkat karena kemudahan akses terhadap tren baru yang muncul setiap minggu. Namun, di sisi lain, muncul pula gerakan slow fashion yang menentang konsumsi berlebihan dan mendorong masyarakat untuk lebih sadar terhadap dampak lingkungan dari industri mode.

Tren fashion modern tidak hanya berfokus pada estetika, tetapi juga membawa pesan sosial. Banyak merek kini menggunakan mode sebagai alat untuk menyuarakan isu penting seperti kesetaraan gender, keberagaman budaya, dan kepedulian lingkungan. Misalnya, munculnya konsep genderless fashion atau mode tanpa batasan gender menunjukkan bahwa fashion kini mendukung kebebasan berekspresi. Selain itu, semakin banyak desainer yang beralih ke bahan ramah lingkungan dan praktik produksi etis untuk mendukung sustainable fashion. Perubahan ini mencerminkan kesadaran baru bahwa fashion tidak boleh hanya memanjakan mata, tetapi juga harus berkontribusi terhadap masa depan yang lebih baik.

Globalisasi telah membuat batas-batas budaya dalam fashion semakin kabur. Tren yang lahir di satu negara kini dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Contohnya, pengaruh budaya Korea melalui K-Pop telah melahirkan tren K-Fashion yang digemari anak muda di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Begitu pula dengan gaya street fashion Jepang yang eksperimental, atau elegansi mode Prancis yang klasik  semuanya saling menginspirasi dan membentuk lanskap fashion global yang dinamis. Meskipun demikian, banyak desainer lokal kini berusaha menyeimbangkan antara pengaruh luar dengan nilai budaya asli untuk menciptakan identitas mode yang autentik.

Perkembangan teknologi membawa perubahan besar dalam dunia fashion. Konsep seperti digital fashion, virtual fitting room, dan pakaian berbasis AI mulai diterapkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat modern yang semakin cerdas dan sadar akan efisiensi. Selain itu, tren secondhand fashion dan thrifting juga menjadi gerakan sosial baru yang menekankan pentingnya daur ulang dan pengurangan limbah tekstil. Masa depan fashion tidak hanya akan ditentukan oleh keindahan desain, tetapi juga oleh sejauh mana ia mampu menyesuaikan diri dengan perubahan sosial, teknologi, dan lingkungan.

Fashion dan tren sosial memiliki hubungan yang erat dan saling memengaruhi. Ketika masyarakat berubah, fashion ikut berubah  dan sebaliknya, fashion juga dapat mendorong perubahan sosial. Dari simbol status menjadi sarana aktivisme, dari sekadar pakaian menjadi bahasa ekspresi diri, fashion kini berdiri sebagai cerminan nilai-nilai modern seperti kebebasan, keberagaman, dan keberlanjutan. Dalam dunia yang terus bergerak cepat ini, memahami hubungan antara fashion dan tren sosial bukan hanya soal mengikuti gaya terbaru, tetapi juga tentang memahami bagaimana manusia mengekspresikan identitasnya di tengah arus perubahan zaman.

 

Artikel Terkait