Gaya Hidup Merendahkan Diri Jadi Sorotan di Tengah Tren Modern

unsplash.com/ Old Youth

Sekilas.co – Di tengah era media sosial yang kerap menonjolkan pencapaian, gaya hidup merendahkan diri justru mulai mendapat perhatian. Banyak orang menilai sikap rendah hati bukan hanya soal etika, melainkan juga bentuk gaya hidup yang mampu menciptakan ketenangan batin. Tren ini muncul sebagai respons atas maraknya budaya pamer yang sering kali menimbulkan tekanan sosial.

Psikolog menilai, gaya hidup merendahkan diri mampu membangun kepribadian yang lebih matang. Seseorang yang rendah hati cenderung lebih mudah diterima dalam lingkungan sosial. Mereka tidak merasa perlu membandingkan diri dengan orang lain, sehingga interaksi menjadi lebih sehat dan jauh dari konflik.

Baca juga:

Dalam praktiknya, gaya hidup ini tercermin dari sikap sederhana, tidak berlebihan, dan menghargai orang lain tanpa melihat status. Banyak tokoh publik hingga pemimpin besar dikenal karena sikap rendah hati yang mereka tunjukkan, meskipun memiliki pencapaian luar biasa. Hal ini membuktikan bahwa kerendahan hati justru meningkatkan wibawa seseorang.

Di sisi lain, budaya merendahkan diri juga dapat membantu kesehatan mental. Mereka yang terbiasa hidup rendah hati cenderung lebih tenang dan tidak terbebani ekspektasi tinggi. Kondisi ini berbeda dengan mereka yang terbiasa tampil berlebihan, yang sering kali merasa cemas jika tidak mendapat pengakuan.

Meski begitu, gaya hidup merendahkan diri sering kali disalahartikan sebagai kelemahan. Padahal, rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati adalah kekuatan karena seseorang mampu menempatkan diri dengan tepat, sementara rendah diri justru lahir dari kurangnya rasa percaya diri. Pemahaman ini penting agar masyarakat tidak salah kaprah.

Dalam konteks sosial, gaya hidup ini dapat menciptakan suasana lebih harmonis. Orang yang rendah hati biasanya lebih mudah bekerja sama, terbuka menerima kritik, dan tidak segan memberi apresiasi pada orang lain. Nilai nilai ini sangat dibutuhkan di tengah dunia yang semakin kompetitif.

Di Indonesia, nilai kerendahan hati sejatinya sudah menjadi bagian dari budaya. Ungkapan seperti “merendah untuk meroket” menunjukkan bahwa sikap rendah hati dapat membawa seseorang ke posisi lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan pandangan masyarakat yang menilai kepribadian lebih penting daripada sekadar pencapaian materi.

Gaya hidup merendahkan diri pada akhirnya bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan dalam menjaga keseimbangan hidup. Di tengah hiruk pikuk dunia modern, sikap rendah hati mampu menjadi penyeimbang yang menenangkan. Dengan mengedepankan kesederhanaan, manusia dapat membangun hubungan lebih baik dan menjalani hidup dengan penuh makna.

Artikel Terkait