Sekilas.co – Fashion tidak lagi sekadar urusan estetika atau tren sesaat. Di berbagai belahan dunia, fashion telah menjadi alat komunikasi yang kuat untuk menyuarakan identitas, perlawanan, dan perubahan sosial. Gaya berpakaian kini bisa menjadi bentuk ekspresi politik, budaya, bahkan kritik terhadap sistem yang berlaku.
Sepanjang sejarah, busana telah digunakan sebagai simbol gerakan sosial. Pada era 1960-an, kaum feminis menolak pakaian yang membatasi tubuh perempuan seperti korset, sebagai simbol perjuangan kebebasan tubuh. Di masa modern, pakaian gender-neutral menjadi perlawanan terhadap norma gender tradisional yang dianggap mengekang kebebasan berekspresi.
Di Indonesia, batik sempat menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme. Kini, banyak desainer lokal menggunakan motif dan kain tradisional untuk menyuarakan identitas budaya yang kaya sekaligus sebagai bentuk resistensi terhadap arus globalisasi mode yang seragam.
Gerakan sosial modern seperti Black Lives Matter, climate change, dan kesetaraan gender juga menemukan tempat dalam dunia fashion. Kaos bertuliskan slogan, desain berkelanjutan (sustainable fashion), dan penggunaan simbol tertentu menjadi sarana komunikasi yang langsung dan massal.
Menurut para pengamat budaya, kekuatan fashion terletak pada kemampuannya menjangkau banyak orang dalam waktu singkat. Busana yang dikenakan publik figur, aktivis, atau bahkan masyarakat biasa di media sosial bisa viral dan membentuk opini publik secara luas.
Tidak hanya pemakainya, para desainer dan brand fashion kini juga mengambil peran penting. Banyak label yang secara terbuka mengangkat isu-isu sosial dalam koleksi mereka, dari kampanye anti body shaming hingga pemberdayaan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa industri fashion pun mulai menyadari kekuatannya dalam membentuk kesadaran sosial.
Namun demikian, penggunaan fashion untuk perubahan sosial bukan tanpa tantangan. Isu semacam fashion activism kadang dianggap hanya tren sesaat atau dimanfaatkan untuk pencitraan. Oleh karena itu, kejujuran dan konsistensi menjadi kunci agar pesan yang disampaikan benar-benar berdampak.
Fashion, dalam konteks ini, adalah bahasa. Ia bisa menyentuh, memprovokasi, menginspirasi, dan mempersatukan. Ketika dipadukan dengan niat yang tulus dan pesan yang kuat, fashion bukan hanya soal pakaian tetapi juga soal keberanian menyuarakan perubahan.





