Fashion sebagai Bentuk Ekspresi Gaya Cerminan Budaya Zaman dan Selera Masyarakat

foto/istimewa

Sekilas.co – Fashion tidak lagi sekadar urusan pakaian, melainkan telah menjadi media ekspresi diri yang kuat dalam masyarakat modern. Dari gaya busana tradisional hingga tren global yang viral di media sosial, fashion mencerminkan bagaimana individu dan kelompok mengekspresikan identitas, budaya, serta perkembangan zaman yang terus berubah.

Menurut pengamat mode Indonesia, Lenny Agustin, fashion merupakan bahasa non-verbal yang mencerminkan siapa seseorang dan di mana ia berada dalam masyarakat.  Setiap zaman memiliki gaya tersendiri. Di situlah kita melihat fashion sebagai produk budaya yang terus berevolusi,  ujarnya dalam diskusi publik di Jakarta Fashion Week 2025.

Baca juga:

Budaya lokal sangat memengaruhi pilihan gaya berpakaian masyarakat. Di Indonesia misalnya, kain batik, tenun, dan songket bukan hanya simbol keindahan, tetapi juga memiliki makna historis dan spiritual. Di sisi lain, pengaruh budaya Barat dan Korea Selatan juga telah mengubah cara generasi muda berpakaian, menciptakan gaya baru yang bersifat campuran atau  fusion .

Tak bisa dipungkiri, selera masyarakat menjadi salah satu penentu kuat dalam arus fashion. Munculnya tren seperti streetwear, modest fashion, hingga gaya vintage menunjukkan bagaimana masyarakat memilih gaya yang paling sesuai dengan nilai dan kenyamanan mereka. Di sinilah fashion menjadi alat komunikasi sosial yang menggambarkan perubahan cara pandang terhadap estetika dan norma.

Perubahan zaman dan teknologi juga mempercepat laju tren fashion. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest membuat referensi gaya dari seluruh dunia mudah diakses, bahkan dalam hitungan detik. Hal ini memicu lahirnya berbagai subkultur fashion dan menggeser peran desainer menjadi lebih responsif terhadap selera audiens global.

Selain sebagai ekspresi individu, fashion juga menjadi simbol status, pernyataan politik, dan bentuk solidaritas. Dalam berbagai momen bersejarah, pakaian digunakan sebagai alat perlawanan atau pernyataan keberpihakan, seperti busana hitam dalam kampanye  MeToo atau kerudung warna-warni dalam aksi solidaritas perempuan.

Meski demikian, fashion tetap bersifat personal. Bagi sebagian orang, fashion adalah seni. Bagi yang lain, fashion adalah kenyamanan. Yang pasti, tidak ada definisi tunggal yang membatasi bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya melalui pakaian. Kebebasan memilih gaya menjadi bagian dari identitas dan kedaulatan pribadi.

Dengan perannya yang begitu luas, fashion bukan sekadar tren musiman, tetapi juga bagian dari dinamika sosial dan budaya manusia. Ia tumbuh bersama perubahan zaman, mengakar dalam tradisi, dan selalu membuka ruang bagi ekspresi yang lebih inklusif dan beragam.

Artikel Terkait