Sekilas.co – Setiap kali Hari Raya Idulfitri tiba, satu sajian yang hampir selalu hadir di meja makan masyarakat Indonesia adalah ketupat. Makanan berbentuk unik ini bukan sekadar pengganti nasi, melainkan simbol penuh makna yang telah menjadi bagian dari tradisi Lebaran turun-temurun.
Ketupat, yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur), biasanya disajikan bersama opor ayam, rendang, sambal goreng ati, atau sayur labu. Selain rasanya yang khas dan teksturnya yang padat namun lembut, ketupat menyimpan filosofi mendalam dalam budaya Nusantara.
Menurut budayawan Jawa, Dr. Heru Santoso, ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai bagian dari dakwah Islam di tanah Jawa. Kata kupat berasal dari ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Momen Idulfitri pun menjadi waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan mempererat silaturahmi.
Tak hanya sebagai makanan, ketupat juga memiliki simbol sosial. Dalam budaya Betawi dan Jawa, ketupat kerap diberikan kepada tetangga sebagai bentuk berbagi rezeki dan mempererat hubungan antarwarga. Di beberapa daerah, tradisi Lebaran Ketupat” bahkan dilakukan seminggu setelah Idulfitri, lengkap dengan syukuran dan permainan rakyat.
Secara kuliner, proses pembuatan ketupat juga cukup istimewa. Dibandingkan dengan nasi biasa, beras yang dimasukkan ke dalam janur dan direbus selama beberapa jam membuat hasilnya lebih tahan lama, padat, dan memiliki aroma khas yang disukai banyak orang. Proses ini melibatkan kesabaran, dan biasanya dilakukan bersama anggota keluarga.
Seiring perkembangan zaman, ketupat tetap lestari meski banyak variasi makanan modern hadir saat Lebaran. Bahkan kini banyak produsen makanan menjual ketupat instan atau frozen yang tinggal direbus ulang, untuk menjawab kebutuhan masyarakat urban yang serba praktis.
Meski begitu, nilai kebersamaan dan makna simbolis dari ketupat tetap tak tergantikan. Banyak keluarga masih mempertahankan tradisi membuat ketupat bersama pada malam takbiran, sebagai bagian dari suasana hangat jelang Idulfitri.
Ketupat bukan hanya makanan khas Lebaran, melainkan simbol kultural yang menyatukan makna religius, sosial, dan kuliner dalam satu sajian sederhana. Di tengah semangat kemenangan setelah sebulan berpuasa, ketupat mengingatkan kita untuk kembali ke hati yang bersih, saling memaafkan, dan mempererat kebersamaan.





